Senin, 25 April 2011

KETELADANAN DAN KOMUNIKASI EFEKTIF DI TENGAH KRISIS KEPERCAYAAN PEJABAT PUBLIK



SEPENGGAL KISAH
Suatu kisah dalam riwayat masyhur sejarah Islam, pada bulan Dzulqa’dah tahun keenam setelah hijrah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersama seribu empat ratus orang muslimin ingin menunaikan ‘umrah di Makkah sembari melihat kembali tanah air mereka yang sekian lama ditinggalkan. Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha turut menyertai perjalanan beliau ini. Namun setiba beliau dan para sahabat di Dzul Hulaifah untuk berihram dan memberi tanda hewan sembelihan, kaum musyrikin Quraisy menghalangi kaum muslimin. Dari peristiwa ini tercetuslah perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian itu di antaranya berisi larangan bagi kaum muslimin memasuki Makkah hingga tahun depan. Betapa kecewanya para sahabat saat itu, karena mereka urung memasuki Makkah.

Usai menyelesaikan penulisan perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kepada para sahabat, “Bangkitlah, sembelihlah hewan kalian, kemudian bercukurlah!” Namun tak satu pun dari mereka yang bangkit. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengulangi perintahnya hingga ketiga kalinya, namun tetap tak ada satu pun yang beranjak. Kemudian Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menemui Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha dan menceritakan apa yang terjadi. Ummu Salamah pun memberikan gagasan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah engkau ingin agar mereka melakukannya? Bangkitlah, jangan berbicara pada siapa pun hingga engkau  menyembelih hewan dan memanggil seseorang untuk mencukur rambutmu.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri, kemudian segera melaksanakan usulan Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha. Seketika itu juga, para sahabat yang melihat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyembelih hewannya dan menyuruh seseorang untuk mencukur rambutnya serta merta bangkit untuk memotong hewan sembelihan mereka dan saling mencukur rambut, hingga seakan-akan mereka akan saling membunuh karena riuhnya.

REALITA KITA

Betapa seringnya kita menghadapi kenyataan seperti kisah di atas di dalam kehidupan sehari-hari. Pemerintah menghimbau kepada rakyat untuk berhemat, guru mengajak siswa mengerjakan suatu tugas pelajaran, manajer mengingatkan pegawainya untuk sungguh-sungguh bekerja. Tetapi tak selalu mereka mendapat respon yang menggairahkan dari pihak yang diajak. Bahkan tak jarang program pemerintah, himbauan atasan, nasehat orang tua dan guru, memicu pertentangan bahkan benturan fisik di antara mereka. 

Kendala paling ringan (tetapi tetap saja menghambat) untuk mengerjakan suatu kebaikan adalah keraguan. Yaitu, keraguan akan kesungguhan suatu perintah, himbauan atau program beserta kemanfaatannya. Hal ini kadang-kadang muncul karena ulah segelintir pejabat publik yang terekspos mengkhianati janji memperjuangkan kepentingan rakyat atau bawahan. 
 
Mengingat tingkat kepercayaan kepada pemerintah pada sebagian masyarakat saat ini sudah mencemaskan maka sudah saatnya siapa pun pemimpin di tengah masyarakat kita agar menyegarkan kembali komitmennya sebagai pengemban amanat penderitaan rakyat. Selanjutnya diharap juga kemampuan mereka untuk memelopori dan menjadi teladan bagi masyarakat. Dengan demikian  pesan yang dikomunikasikan dapat diterima dan dilaksanakan secara semestinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar