Rabu, 16 Maret 2011

SABAR YA SUBUR

Hijau hutan semakin tergunduli dan ozon semakin terkikis dan menipis. Badan gerah terasa semakin resah oleh hiruk pikuk kendaraan berlalu lintas dan lalu lalang manusia beraktivitas. Betapa saat ini kita merindukan taman istirahat yang sejuk dan kebun buah yang subur.
Denyut nadi kehidupan semakin kencang dipicu ambisi dunia yang membuat orang semakin tega membabat. Membabat alam dan sesama manusia. Panas di bumi dan panas di hati. Ketika kegagalan terjadi, maka siapa lagi yang kita salahkan kalau bukan orang lain, karena kita semakin tak mengenali sekaligus menguasai diri sendiri. Kita semakin mudah menghakimi orang lain, bukan diri sendiri. Maaf semakin menjadi barang yang sangat mahal dan ampun semakin tak dikenal karena terpenjara oleh panas keangkuhan.
Hanya orang yang  Allah beri petunjuk bisa sabar, bisa menjadi pemaaf dan pengampun. Dan hanya orang-orang yang sabar yang bisa menjumpai taman indah dan kebun yang subur dan abadi. Dengan ridha-Nya sabar bisa menjadi subur.
Ya Allah tuangkanlah kesabaran pada kami....

RAHASIA DI BALIK KESABARAN MENEBAR SINAR


Adakah orang yang mau merugi? Pertanyaan yang tampaknya terlalu bodoh. Dalam setiap menanam benih usaha semua orang maunya untung,  tetapi tidak jarang yang dipanen justru kerugian.
Siapakah yang dapat untung? Siapa yang tidak merugi?
Telah difirmankan dengan sumpah oleh Sang Khaliq bahwa sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. Berarti yang mau beruntung dan tak mau merugi harus beriman, berbuat baik, saling mengingatkan tentang kebenaran dan kesabaran.
Maka di situlah perlunya tugas mulia menebar sinar kebenaran dengan tanpa meninggalkan sifat penyabar.  Sabar dalam kebenaran, benar dengan tetap menjaga kesabaran.
Semoga kita mampu menempuhnya menuju keberuntungan. Amin