Kamis, 20 September 2012

KECIL BERMAKNA




Assalamu’ alaikum ....
Lama sekali rasanya tidak membuat postingan, rasanya ada sesuatu yang hilang. Padahal sebetulnya kalau kita mau, banyak yang bisa ditulis. Mulai dari lintasan pikiran, lintasan peristiwa, lintasan pembicaraan dan lintasan-lintasan yang lain.
Yang namanya lintasan itu semua yang tidak lama memandangnya, membicarakannya atau memikirkannya. Melintas itu berlalu dengan cepat. Contohnya: sekonyong-konyong sebuah sedan melintas di depan rumah. Atau bisa diartikan juga menempuh jalan yang tersingkat; memintas; menyeberang jalan, bukan menyusuri sepanjang jalan. Kalau dalam hal kerja otak atau batin kita melintas bisa diartikan tampak terbayang, teringat, dsb) sekejap: misal: sering terbayang wajah ayahnya yang telah tujuh tahun ini tiada.
Meskipun hanya lintasan-lintasan tetapi bila dihimpun maka jadilah serangkaian peristiwa atau pemikiran atau pula bahan pembicaraan yang sangat berbobot dan bermakna. Bermula dari yang ringan dan kecil-kecil namun terhimpun secara baik maka akan lahir sebuah kekuatan besar yang dapat berarti bagi banyak orang. Ibarat sebatang demi sebatang lidi terkumpul kemudian terikat erat dan kuat menjadi satu maka sangat terasa manfaatnya sebagai sebuah sapu. Memberi makna kebersihan bagi penggunanya, membawa makna rejeki bagi produsen dan penjualnya, bahkan memberi makna pelajaran pentingnya bersatu bagi orang yang terbuka hati dan pikirannya.
Akhirnya perlu penulis tegaskan bahwa blog ini terlalu ringan dan jauh dari kriteria berbobot. karena tujuan blog ini sebagai sebagai wahana belajar ngeblog dan belajar menulis saja. Maka kalau sesekali isinya hasil copas anggap saja sedang latihan ngeblog dan bila lain kesempatan ada sedikit tulisan anggap saja sedang mencoba belajar menulis.

Semoga Allah, manfaati kita atas apa yang telah Dia ajarkan pada kita, dan semoga mengajari kita apa saja yang bermanfaat bagi kita. Aamien.

Wassalamu’ alaikum.



Senin, 03 September 2012

MENGERJAKAN TUGAS YANG BAIK ADALAH YANG SELESAI


DI SEKITAR KITA
Terkadang banyak orang terlalu lama berpikir, merancang dan membayangkan untuk menciptakan suatu pekerjaan dan hasil yang ideal (versi mereka), hebat dan sempurna. Tetapi mereka sendiri lupa bahwa mereka hidup dalam kenyataan yang serba terbatas. Waktu terbatas, tempat terbatas, tenaga, pikiran dan apalagi uang juga terbatas, bahkan sangat terbatas.

CONTOH KASUS
Sekedar contoh, seorang pemuda yang saat ini berusia dua puluhan tahun mungkin berencana lima tahun lagi menikah dengan seorang gadis dengan kriteria ideal (versi dia), misal: berpendidikan tinggi dan berpostur proporsional. Sebelum merealisasikan rencananya ia bertemu dan sharing dengan orang lain yang sudah berkeluarga. Ia pun segera menambahkan kriteria lagi untuk calon istrinya sebagai hasil saringnya, misalnya:  harus patuh pada Tuhan dan suami. Kemudian dia beberapa hari berikutnya bertemu orang lain tambah kriteria lagi misal harus keturunan orang yang baik pula agar anak turunnya nanti juga menjadi orang baik. Demikian dari hari ke hari ia selalu menyempurnakan kriteria calon istri.
Bisakah ia mewujudkan kriteria ideal tersebut?

BENARKAH?
Kita tak perlu menjawab pertanyaan di atas melainkan kita mencoba mawas diri agar kita tidak menjadi seperti orang-orang terdahulu yang memperbanyak pertanyaan ketika diberi sebuah tugas sehingga justru diperberat dalam tugasnya. Kita melawan idealisme yang membuat kita terbelenggu dalam kemandekan aktivitas dengan menggunakan senjata kata bijak: "belajar sepanjang hayat". Salah adalah hal biasa selama kita masih seorang manusia. Takut salah adalah mengingkari hakikat manusia yang Allah ciptakan dalam kondisi lemah sehingga tak lepas dari salah. Di dunia ini tak akan pernah ada kebaikan yang sempurna dan tak ada kenikmatan yang terpuncak, melainkan semuanya ada batasnya. Yang terpenting,  kesalahan bukan untuk ditakuti melainkan diperbaiki karena kita ingin setiap waktu adalah kesempatan untuk belajar. Sesunggguhnya tak ada yang sempurna melainkan Dia, Allah Yang Maha Kuasa.


IDEALIS YANG REALIS
Maka, setiap ada tugas kita berusaha kerjakan menurut batas-batas kemampuan manusiawi, batas waktu, batas tenaga, pikiran, dana dll. Adapun hasilnya, kita bukanlah sang penentu. Kita pasrahkan dengan doa kepada yang Maha Kuasa agar memberi kebaikan dalam tugas kita. Memang mengerjakan tugas sebaik-baiknya itu semestinya tetapi tugas selesai itu lebih sering dibutuhkan dan dinantikan.  Mari, jangan diam merenung saja melainkan angkat kaki segera melangkah semampu kita menuju masa depan yang semakin sempurna.


(ide dari pak DYP)